Cari Blog Ini

Rabu, 29 April 2015

SEKILAS ILMU TENTANG TEORI BELAJAR


TEORI BELAJAR

A.    TEORI BELAJAR
Menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya belajar itu adalah proses perubahan, perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati.
Secara yuridis nasional Indonesia mengatur sistem pendidikan (yang termasuk belajar) didalam berbagai ketentuan konstitusional, baik di dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai produk peraturan perundang-undang. Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke yaitu manusia merupakan organisme yang pasif. Dan menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulis apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.

B.     TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Dalam teori belajar ini, yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan diukur.
Ciri dari teori belajar behavioristic adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya prilaku yang diinginkan.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah;
1.      Mengidentifikasikan tjuan belajar
2.      Melakukan analisis pembelajaran
3.      Mengidentifikasi karateristik dan kemampuan awal pembelajar
4.      Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar
5.      Mengembangkan bahan ajar
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran
7.      Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan
8.      Mengamati dan menganalisis respon pembelajar
9.      Memberikan penguatan
10.  Merevisi kegiatan pembelajaran.
Aliran behavioristik ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar, teori ini dengan menghubungkan hubungan stimulus dan respon, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

C.    TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Menurut teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secraa sadar. Sedangkan aspek psikologi membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologinya secara bersama. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Menrut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Diantara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu;
1.      J.Piaget
Menurutnya kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola-pola perkembangan tertentu dan umrur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Tahap-tahap perkembangan itu adalah;
Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun), tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan tahap operasional formal (umur 11/12- 18 tahun).
2.      Brunner
Dengan teori free discovery learning mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan/informasi dan bukan ditentukan oleh umur. Menurut Bunner tahap perkembangan kognitif terjadi melalui tiga tahapan yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu;
Tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.
3.      Ausubel
Menurutnya bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar mealui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

D.    TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang dieksplorasi melalui teori chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar adalah proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari peingkatan elemen-elemen inti tidak seluruhnya dikontrol oleh individu. Prinsip-prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan Siemens (2005) adalah;
1.      Belajar dari pengetahuan terletak pada keberagaman opini;
2.      Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting) sumber-sumber informasi tertentu;
3.      Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia;
4.      Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang elebih penting dari pada apa yang diketahui sekarang;
5.      Memelihara dan menjaga hubungan-hubungan diperlukan untuk mefasilitasi belajar berkelanjutan
6.      Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide, dan konsep merupakan inti keterampilan
7.      Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up to date) adaah maksud dari semua aktivitas belajar konektivistik
8.      Penetuan adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa yang dipelajari dan makna dari informasi yang masuk nampak melalui realita yang ada.
Konstruktivisme juga menyatakan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be connected) dengan orang tang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat dikasifikasikan sebagai belajar.

E.     TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Teori humanis pula berpendapat pembelajaran manusia tergantung kepada emosi dan perasaannya. Carl Rogers menyatakan bahwa setia individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda degan individu yang lain. Oleh iu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut kehendak dan perkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai kecemerlangan sendiri. Maka guru hendaklah menjaga diri pelajar dan memberi bimbingan supaya potensi mereka dapat diperkembangkan ke tahap optimum.
Tujuan utama teori humanistic adalah pendidik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu ikhtisar yang sangat singkat dari bebrapa petunjuk. Menurut teori humanistic, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika sipelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai akulturasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar in berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Jumat, 24 April 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN (EDUCATIONAL PSYCHOLOGY)
Disusun oleh:
Nama: ATIKA KHEIRINI SELSY
Nim: 11140182000008
Kelas: MP-2A
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DEFINISI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
            Definisi psikologi pendidikan menurut E.L Thorndike (1874-1949), fokus pada penilaian, pengukuran, dan mempromosikan landasan ilmiah proses belajar. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas paling penting dalam sekolah adalah mengasah kemampuan bernalar para siswa, dan ia sangat unggul dalam mendorong program studi ilmiah terhadap proses belajar-mengajar. Thorndike sangat mempromosikan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus memliki sifat dasar ilmiah dan harus menekankan pada pengukuran.
            Pendapat saya terhadap definisi psikologi pendidikan menurut E.L Thorndike yaitu dimana studi pembelajaran dapat memberikan arahan psikologi pendidikan karena didalam pembelajaran terjadi suatu proses kegiatan belajar-mengajar. Proses belajar adalah hal yang penting dalam dunia pendidikan dari proses belajar terjadi perubahan yang relatif pada setiap diri peserta didik baik dalam prilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang terjadi melalui pengalaman. Dalam pendekatan pembelajaran pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan oleh pengalaman yang diamati secara langsung bukan dengan proses mental. Jadi memang benar bahwa proses belajar adalah hal penting dari psikologi pendidikan, contoh: ketika anak-anak sedang belajar bagaimana cara mengerjakan soal-soal bahasa inggris, mereka mungkin membuat beberapa kesalahan ketika sedang mengerjakan soal-soalnya, tetapi pada titik tertentu mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pelajaran sehingga nantinya mereka akan lebih berusaha lagi dan mengingat keselahannya dan memperbaikinnya. Anak akan berubah dari individu yang tidak dapat mengerjakan soal-soal bahasa inggris menjadi individu yang dapat melakukannya. Begitu mereka telah belajar bagaimana caranya, mereka tidak akan kehilangan pengetahuan dan keterampilan. Serta proses menagajar yang baik dimana guru dapat mempersentasikan hasil belajar anak-anak sampai seberapa jauh soal-soal yang masih sulit dijawab dan mungkin di salah satu materi guru belum menerangkan secara jelas kepada anak-anak sehingga anak-anak belum mengerti dan belum mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan akhirnya anak-anak menjawab soal-soalnya dengan jawaban yang salah. Setelah melihat hasilnya yang kurang maksimal guru jadi mempelajari kesalahan dari proses cara mengajarnya sehingga berikutnya guru akan menerangkan kembali. Jadi tidak semuanya yang kita tahu adalah melihat hasil belajarnya. Meskipun memang kita mewarisi bawaan sejak lahir yang tidak dipelajari, sebagai contoh kita tidak harus diajarkan menelan, tersentak bila ada suara keras atau berkedip bila ada objek yang datangnya terlalu dekat dengan mata. Kebanyakan prilaku manusia, bagaimanapun tidak melibatkan factor keturunan saja. Ketika anak-anak mengerjakan soal-soal bahasa inggris dengan cara yang baru, bekerja lebih keras lagi, mengajukan pertanyaan yang lebih baik, menjelaskan jawaban dengan cara yang lebih logis atau mendengarkan dengan penuh perhatian, pengalaman belajar yang bekerja. Jadi bisa saja aspek terpentingnya dari psikologi pendidikan adalah proses belajar-mengajar dan sekolah harus mempertajam keterampilan penalaran anak-anak seperti yang dikemukakan oleh E.L Thorndike.
MANFAAT DARI BELAJAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
            Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik maupupun calon  pendidik dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1.      Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran 
            Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini:
a.       Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik);
 Seorang pendidik harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda- beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan  perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon  pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
b.      Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas;
 Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses  pembelajaran sangat membantu pendidik untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh pendidik sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan  berperan dalam membantu pendidik agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.

c.       Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran;
 Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

d.      Memberikan Bimbingan kepada Peserta Didik;Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai  pembimbing bagi peserta didik.Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan pendidik untuk memberikan  bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.

e.        Mengevaluasi Hasil Pembelajaran;
Pendidik harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu  pendidik dan calon pendidik dalam mengembangkan evaluasi  pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi,  pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
2.      Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar 
a.        Menetapkan Tujuan Pembelajaran;
 Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu pendidik dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
b.      Penggunaan Media Pembelajaran;
 Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan pendidik untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
c.       Penyusunan Jadwal Pelajaran;
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Menurut Chaplin (1972, dalam Online), untuk membantu memcahkan masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan yang meliputi guru, siswa, materi, metode, dalam masalah belajar-mengajar terdapat beberapa macam-macam kegiatan yang memerlukan prinsip psikologis, yaitu (a) Seleksi penerimaan siswa  baru; (b) Perencanaan pendidikan; (c) Penyusun kurikulum; (d) Penelitian kependidikan; (e) Administrasi kependidikan; (f) Pemilihan materi pelajaran; (g) Interaksi belajar-mengajar; (h) Pelayanan bimbingan dan konseling; dan (i) Evaluasi belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan  psikologi pendidikan berperan dalam membantu pendidik untuk merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam buku Condition of Learning , Gagne (1997) mengemukakan sembilan  prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran,sebagai  berikut;
1.      Menarik perhatian ( gaining attention): Hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2.      Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): Memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
3.      Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari ( stimulating recall or  prior learning ): Merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4.      Menyampaikan materi pelajaran ( presenting the stimulus): Menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5.      Memberikan bimbingan belajar ( providing learner guidance): Memberikan  pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6.      Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance): Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7.      Memberikan balikan ( proaviding feedback ): Memberitahu seberapa jauh ketepatan performancesiswa.
8.      Menilai hasil belajar (assessing performance): Memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9.      Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer ): Merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
 
METODE YANG MEMUDAHKAN MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
            Metode Penelitian Deskriptif bertujuan mengamati dan merekam prilaku. Sebagai contoh, seorang psikologi pendidikan dapat mengamati sejauh mana anak-anak yang agresif dalam kelas atau wawancara guru mengenai sikap mereka terhadap jenis strategi pengajaran tertentu. Dengan sendirinya, penelitian deskriptif tidak dapat membuktikan apa yang menyebabkan fenomena tertentu, tetapi dapat mengungkapkan informasi penting tentang perilaku dan sikap masyarakat.
            Observasi yaitu dengan malakukan pengamatan objektif, dokumentasi secara akurat dan mengategorikan apa yang dilihat dan mengkomunikasikan pengamatan dengan efektif. Mendokumentasikan pengamatan dengan menuliskannya, menggunakan tulisan singkat, tapee recorder, kamera video , lembar pengodean khusus cermin satu arah dan komputer.
            Pengamatan naturalistic mengamati prilaku secara nyata. Psikologi pendidikan melakukan observasi naturalisik terhadap anak-anak ruang kelas, di museum, di taman bermain, di rumah, di lingkungan , dan pengaturan lainnya.
            Observasi partisipan, pengamat partisipan sering berpartisipasi dalam konteks dan mengamati beberapa saat, kemudian mencatat apa yang di lihat. Yaitu dengan mengamati dan menuliskan catattan selama beberapa hari, minggu, atau bulan. Misalnya, untuk mempelajari seorang siswa yang berprestasi buruk di kelas tanpa alasan yang jelas, guru dapat mengembangkan rencana untuk mengamati siswa dari waktu ke waktu dan mencatat perilaku siswa dan apa yang terjadi dikelas.
            Wawancara dan kuesioner terkadang adalah cara cepat dan terbaik untuk mendapatkan informasi mengenai siswa dan guru dengan bertanya langsung. Hal ini digunakan untuk mencari tahu tentang pengalama, kepercayaan, dan perasaan anak-anak dan guru.
HAL YANG PALING MENYENANGKAN DALAM MEMPELAJARI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
            Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif  dan sosioemosional yang dimulai sejak pembuahan dan selama rentang hidup. Contoh; ketika sd kita hanya mempelajari matematika dengan materi +,-,: dan x. tetapi ketika smp kita mulai mempelajari rumus keliling, luas pada suatu bidang, ketika sma kita sudah mulai mempelajari barisan dan deret dan ketika kuliah kita harus dapat mengaitkan hubungan deret dan barisan dengan jurusan kuliah kita. Itu artinya perkembangan dapat merubah diri seseorang menjadi yang lebih baik yaitu melalui proses biologis perkembangan otak, tinggi dan peningkatan berat badan serta keterampilan motoric dan perubahan hormonal pubertas. Kognitif melali perkembangan pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Sosioemosional perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan emosional, dan perubahan kepribadian.
            Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah volume , berat dan ukuran. Dimana kita akan terus tumbuh seperti ketika sd berat badan 29 kg dan tinggi 128 cm, smp berat badan 38 kg dan tinggi 152cm, sma berat badan 45 kg dan tinggi 160 cm, dan kuliah berat badan 53 kg dan tinggi 162 cm.  hal yang menyenangkan dari mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah kita dapat mengetahui setiap anak pasti akan berkembang dan tumbuh, serta setiap individu dalam proses tumbuh dan kembangnya tidak akan pernah sama. Karena setiap anak diasuh dengan pola yang berbeda, sehingga dalam hal ini perkembangan pengajaran yang sesuai terjadi pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan stress atau terlalu mudah dan membosankan bagi tingkat perkembangan anak.
Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut; (Surat Al-Mu’minun;12-14)
TEORI BELAJAR MENURUT GESTLAT
Teori ini dikemukakan oleh koffka dan kohler dari jerman. hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu:
a)      Gestlat mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya
b)      Gestlat timbul terlebih dahulu daripada bagian-bagiannya
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertamabyaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari,tetapi mengertivatau memperoleh pengetahuan. sifat-sifat belajar dengan pengetahuan adalah;
a)      Pengetahuan tergantung dari kemampuan dasar
b)      Pengetahuan tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
c)      Pengetahuan hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek perlu diamati.
d)     Pengetahuan adalah hal yang harus dicari
e)      pengetahuan sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru
Prinsip belajar menurut Teori Gestlat;
a)      Belajar bedasarkan keseluruhan
b)      Belajar adalah untuk proses perkembangan
c)      Siswa sebagai organisme keseluruhan
d)     Belajar dapat mentransferskan kemampuan-kemampuan yang lain
e)      Belajar adalah reorganisasi pengalaman
f)       Belajar harus dengan pengetahuan
g)      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat,keinginan dan tujuan siswa
h)      Belajar berlangsung terus menerus
Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan teori tersebut; Surat (An-Nahl;78)

Menurut saya tentang teori Gestlat itu adalah benar bahwa didalam belajar hal yang penting adalah bukan mengulangi hal-ahal yang harus dipelajari melainkan harus mengerti atau memperoleh ilmu pengetahuan. Karena orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya. Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman. Siswa beljar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru di samping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa. Belajar pada pkok yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh respon yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain. Pengetahuan adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung problem.
INTELLIGENSI
Intelligensi terdiri atas keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman. Minta intelligensi sering berfokus pada perbedaan individual dan penelitian. Intelligensi yang paling dominan yang saya miliki yaitu kecerdasan intrapersonal dimana kemampuan untuk memahami perasaan, mimpi-mimpi dan ide-ide pribadi. Pemahaman terhadap diir sendiri. Kemampuan untuk memahami emosi, tujuan dan maksud pribadi. Dimana kemampuan untuk mengekspresikan kesukaan atau ketidaksukaan yang kuat di kegiatan-kegiatan tertentu. Dapat mengkomunikasikan perasaan-perasaan, sadar akan kekuatan dan kelemahan, percaya diri dengan kemampuannya sendiri, kemampuan untuk menentukan cita-cita yang wajar, kemampuan untuk bekerja menuju ambisi, pandai dalam mengerti dirinya ssendiri dan fokus ke dalam perasaan dan impian-impiannya, pandai dalam mengikuti nalurinya, pandai dalam mengajar kepentingan dan cita-citanya dan suka orisinil.
Cara mengembangkannya yaitu bertanya kepada anak tentang pendepatnya mengenai dirinya sendiri seperti kesukaannya, ketidaksukaannya, kekuatannya dan kelemahannya. Mendorong untuk berpikir tentang kejadian-kejadian di siang hari dan menuliskannya. Mendorong untuk mengingat prestasi-prestasinya untuk mendapatkan motivasi yang berkelanjutan. Menyediakan kertas buram supaya bisa mengdokumentasi pertumbuhannya dengan gambar-gambar atau tulisan. Menentukan cita-cita bersama dengan oramg tua. Mendorong untuk pertanyaan-pertanyaan dan mengerjakan beberapa hal bersama , dan mendorong untuk mengekspresikan perasan-perasaan dan emosinya.

MOTIVASI
Motivasi adalah  dorongan atau rangsangan psikologis seseorang untuk belajar secara sungguh-sungguh, penuh konsentrasi sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi internal yang mempengaruhi saya untuk belajar pada jurusan manajemen pendidikan adalah dimana kondisi fisiologis dan kondisi panca indra saya memungkinkan saya untuk dapat belajar dengan giat dan masih sesuai kemampuan untuk dapat bermotivasi belajar di jurusan manajemen pendidikan. Kondisi psikologis saya dimana minat awal saya memang untuk dapat menjadi salah satu tenaga ahli pendidikan, makannya saya sangat berminat dengan jurusan manajemen pendidikan dan saya lebih bermotivasi dalam belajar karan jurusan yang saya pilih sesuai dengan minat saya. Segi kecerdasan dari hasil tes teknologi dteksi sidik jari kecerdasan saya adalah orang yan mampu memanajemen waktu, diri dengan baik meskipun ada dalam bidang lain yang belum begitu saya ahli sehingga saya harus berusaha lagi dan harus lebih termotivasi agar kecerdasan saya dapat lebih baik lagi. Segi bakat dalam memahami diri orang lain dan dapat mengarahkan diri orang lain. Motivasi untuk dapat memotivasi diri sendiri yaitu saya selalu mengingat usaha orang tua saya yang menguliahkan saya jadi cara saya membangkitkan motivasi saya saya harus menanamkan diri saya agar dapat sukses semuda mungkin agar dapat membahagiakan kedua orang tua saya itu adalah salah satu prinsip dalam diri saya. Kemampuan kognitif juga akan terus saya kembangakan dan akan diimplementasikan untuk belajar di jurusan manajemen pendidikan.
Motivasi eksternal yang mempengaruhi saya untuk belajar pada jurusan manajemen pendidikan adalah  lingkungan dari segi alami dan sosial budaya yaitu saya melihat di Jakarta masih banyak sekolah-sekolah yang belum memiliki sistem manajemen yang baik, meskipun jika dilihat di Jakarta telah banyak gedung-gedung bertingkat dan merupakan ibukota dari Negara Indonesia namun di Jakarta dan di daerah sekitarnya masih banyak sekolah-sekolah yang sistem manajemennya kurang bagus sehingga masih melahirkan lululusan-lulusan yang tidak sesuai dengan karakter bangsa serta masih banyak guru-guru yang belum kompeten dan tidak idealisme, itulah alasan saya sehingga saya termotivasi untuk belajar di jurusan manajemen pendidikan. Instrumental, segi kurikulum jurusan manajemen pendidikan sudah cukup baik meskipun masih ada hal-hal kecil yang peru diperbaiki lagi. Dosen pengajar di jurusan manajmen pendidikan sangat berkompeten meskipun belum seutuhnya memiliki sifat idealism. Sarana dan prasarana di UIN Jakarta sudah sangat baik banyak fasilitas penunjang dalam kegiatan belajar mengajar dan hamper semuanya sudah berbasis IT yang canggih sehingga saya tidak kesulitan dalam belajar di jurusan manajemen pendidikan.
TEORI BELAJAR YANG COCOK UNTUK JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
            Teori belajar yang bermakna (Meaningful Learning)
Ada dua dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu;
a.       Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning)
b.      Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning)
Didalam reception learning semua bahan yang harus dipelajari diberikan dalam bentuk finalnya dalam bahan yang disajikan. Di dalam sicovery learning, tidak semua yang harus dipelajari dipersentasikan dalam bentuk yang final, beberapa bagian harus dicari, didefinisikan oleh pelajar sendiri. Pelajar harus mencari informasi sendiri. Kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam struktur kognitif yang telah ada, disusun kembali, diubah, untuk menghasilkan struktur kognitif yang baru. Menerima dan menemukan adalah langkah pertama alam belajar. Langkah kedua adalah usaha mengingat atau menguasai apa yang telah dipelajari itu agar dipergunakan. Jika seseorang berusaha mengusai informasi baru itu dengan jalan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahuinya, terjadilah belajar yang bermakna. Jika seseorang hanya berusaha mengingat informasi baru itu, terjadilah penghafalan (rote learning).
CIRI-CIRI GURU YANG BERARLIRAN BEHAVIORISME
1.      Guru bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
2.      Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan
3.      Guru mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
4.      Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
5.      Guru memberikan bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
6.      Guru dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
7.      Guru  memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
8.      Guru juga menerapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung

CIRI-CIRI GURU YANG BERARLIRAN HUMANISME
Guru sebagai fasilitator, psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator;
a.       Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
b.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
c.       Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi
d.      Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka
e.       Guru menempatkan dirinya sendiri sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok
f.       Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat inteletual baik isi sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individu ataupun bagi kelompok
g.      Bilamana cuaca penerima dikelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain
h.      Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntun dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak siswa.




DAFTAR PUSTAKA

Slemeto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta; Rineka Cipta, 2010.
Santrock, John W. Psikologi Pendiddikan Educational Psychology. Penerjemah Harya Bhimasena.

annildesta.weebly.com/2/post/2012/4/teori-belajar-behavioristik.html
alfallahu.blogspot.com/2013/04/teori-pembelajaran-behavioristik.html?m=1
warnaa-warnii.blogspot.com/2013/01/tujuan-mempelajari-psikologi-ilmu-jiwa.html?m=1
www.academia.edu/5357326/Manfaat_Mempelajarai_Psikologi_Pendidikan_Bagi_Pendidikan