Cari Blog Ini

Rabu, 29 April 2015

SEKILAS ILMU TENTANG TEORI BELAJAR


TEORI BELAJAR

A.    TEORI BELAJAR
Menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya belajar itu adalah proses perubahan, perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati.
Secara yuridis nasional Indonesia mengatur sistem pendidikan (yang termasuk belajar) didalam berbagai ketentuan konstitusional, baik di dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai produk peraturan perundang-undang. Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke yaitu manusia merupakan organisme yang pasif. Dan menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulis apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.

B.     TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Dalam teori belajar ini, yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan diukur.
Ciri dari teori belajar behavioristic adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya prilaku yang diinginkan.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah;
1.      Mengidentifikasikan tjuan belajar
2.      Melakukan analisis pembelajaran
3.      Mengidentifikasi karateristik dan kemampuan awal pembelajar
4.      Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar
5.      Mengembangkan bahan ajar
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran
7.      Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan
8.      Mengamati dan menganalisis respon pembelajar
9.      Memberikan penguatan
10.  Merevisi kegiatan pembelajaran.
Aliran behavioristik ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar, teori ini dengan menghubungkan hubungan stimulus dan respon, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

C.    TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Menurut teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secraa sadar. Sedangkan aspek psikologi membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologinya secara bersama. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Menrut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Diantara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu;
1.      J.Piaget
Menurutnya kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola-pola perkembangan tertentu dan umrur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Tahap-tahap perkembangan itu adalah;
Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun), tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan tahap operasional formal (umur 11/12- 18 tahun).
2.      Brunner
Dengan teori free discovery learning mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan/informasi dan bukan ditentukan oleh umur. Menurut Bunner tahap perkembangan kognitif terjadi melalui tiga tahapan yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu;
Tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.
3.      Ausubel
Menurutnya bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar mealui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

D.    TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang dieksplorasi melalui teori chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar adalah proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari peingkatan elemen-elemen inti tidak seluruhnya dikontrol oleh individu. Prinsip-prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan Siemens (2005) adalah;
1.      Belajar dari pengetahuan terletak pada keberagaman opini;
2.      Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting) sumber-sumber informasi tertentu;
3.      Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia;
4.      Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang elebih penting dari pada apa yang diketahui sekarang;
5.      Memelihara dan menjaga hubungan-hubungan diperlukan untuk mefasilitasi belajar berkelanjutan
6.      Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide, dan konsep merupakan inti keterampilan
7.      Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up to date) adaah maksud dari semua aktivitas belajar konektivistik
8.      Penetuan adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa yang dipelajari dan makna dari informasi yang masuk nampak melalui realita yang ada.
Konstruktivisme juga menyatakan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be connected) dengan orang tang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat dikasifikasikan sebagai belajar.

E.     TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Teori humanis pula berpendapat pembelajaran manusia tergantung kepada emosi dan perasaannya. Carl Rogers menyatakan bahwa setia individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda degan individu yang lain. Oleh iu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut kehendak dan perkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai kecemerlangan sendiri. Maka guru hendaklah menjaga diri pelajar dan memberi bimbingan supaya potensi mereka dapat diperkembangkan ke tahap optimum.
Tujuan utama teori humanistic adalah pendidik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu ikhtisar yang sangat singkat dari bebrapa petunjuk. Menurut teori humanistic, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika sipelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai akulturasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar in berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar