TEORI BELAJAR
A.
TEORI
BELAJAR
Menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya belajar
itu adalah proses perubahan, perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan
lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang
tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati.
Secara yuridis nasional Indonesia mengatur sistem
pendidikan (yang termasuk belajar) didalam berbagai ketentuan konstitusional,
baik di dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai produk peraturan perundang-undang.
Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat manusia
menurut pandangan John Locke yaitu manusia merupakan organisme yang pasif. Dan
menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulis apa kertas
itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
B.
TEORI
BELAJAR BEHAVIORISTIK
Behaviorisme
adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan yang
terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau out
put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Dalam teori belajar ini,
yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan,
karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa
yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan diukur.
Ciri
dari teori belajar behavioristic adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya prilaku yang diinginkan.
Langkah-langkah
umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori behaviorisme dalam proses
pembelajaran adalah;
1. Mengidentifikasikan
tjuan belajar
2. Melakukan
analisis pembelajaran
3. Mengidentifikasi
karateristik dan kemampuan awal pembelajar
4. Menentukan
indikator-indikator keberhasilan belajar
5. Mengembangkan
bahan ajar
6. Mengembangkan
strategi pembelajaran
7. Mengamati
stimulus yang mungkin dapat diberikan
8. Mengamati
dan menganalisis respon pembelajar
9. Memberikan
penguatan
10. Merevisi
kegiatan pembelajaran.
Aliran
behavioristik ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak sebagai
hasil belajar, teori ini dengan menghubungkan hubungan stimulus dan respon,
mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau prilaku
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang
bila dikenai hukuman.
C.
TEORI
BELAJAR KOGNITIVISME
Menurut
teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan
mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat
perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki
kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya. Aspek
kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai
dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secraa
sadar. Sedangkan aspek psikologi membahas masalah hubungan atau interaksi
antara orang dan lingkungan psikologinya secara bersama. Psikologi kognitif
menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Menrut teori
belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang tidak dapat
diamati secara langsung.
Diantara para pakar
teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu;
1. J.Piaget
Menurutnya kegiatan
belajar terjadi sesuai dengan pola-pola perkembangan tertentu dan umrur
seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Tahap-tahap perkembangan itu adalah;
Tahap sensorimotor
(umur 0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun), tahap operasional
konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan tahap operasional formal (umur 11/12- 18
tahun).
2. Brunner
Dengan teori free
discovery learning mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seseorang mengatur pesan/informasi dan bukan ditentukan oleh umur. Menurut
Bunner tahap perkembangan kognitif terjadi melalui tiga tahapan yang ditentukan
oleh caranya melihat lingkungan, yaitu;
Tahap enaktif, tahap
ikonik dan tahap simbolik.
3. Ausubel
Menurutnya bahwa proses
belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar mealui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memamahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami.
D.
TEORI
BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang
dieksplorasi melalui teori chaos, network, dan teori kekompleksitas dan
organisasi diri. Belajar adalah proses yang terjadi dalam lingkungan
samar-samar dari peingkatan elemen-elemen inti tidak seluruhnya dikontrol oleh
individu. Prinsip-prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan Siemens
(2005) adalah;
1. Belajar
dari pengetahuan terletak pada keberagaman opini;
2. Belajar
adalah suatu proses menghubungkan (connecting) sumber-sumber informasi
tertentu;
3. Belajar
mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia;
4. Kapasitas
untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang elebih penting dari pada apa
yang diketahui sekarang;
5. Memelihara
dan menjaga hubungan-hubungan diperlukan untuk mefasilitasi belajar
berkelanjutan
6. Kemampuan
untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide, dan konsep merupakan inti
keterampilan
7. Saat
ini (pengetahuan yang akurat dan up to date) adaah maksud dari semua aktivitas
belajar konektivistik
8. Penetuan
adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa yang dipelajari dan makna
dari informasi yang masuk nampak melalui realita yang ada.
Konstruktivisme
juga menyatakan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan aktivitas.
Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be connected) dengan orang tang
tepat dalam konteks yang tepat agar dapat dikasifikasikan sebagai belajar.
E.
TEORI
BELAJAR HUMANISTIK
Teori
humanis pula berpendapat pembelajaran manusia tergantung kepada emosi dan
perasaannya. Carl Rogers menyatakan bahwa setia individu itu mempunyai cara
belajar yang berbeda degan individu yang lain. Oleh iu, strategi dan pendekatan
dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut
kehendak dan perkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahwa
setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai kecemerlangan
sendiri. Maka guru hendaklah menjaga diri pelajar dan memberi bimbingan supaya
potensi mereka dapat diperkembangkan ke tahap optimum.
Tujuan
utama teori humanistic adalah pendidik membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya, untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu ikhtisar yang sangat singkat dari bebrapa petunjuk. Menurut teori
humanistic, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika sipelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
akulturasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar in berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar