BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pada era sekarang ini orang akan sangat
mudah mencari informasi yang dibutuhkan, metode pencarian informasi tersebut
berkembang dari zaman ke zaman, dahulu ketika seseorang ingin mencari sebuah
informasi maka orang tersebut harus mendatangi orang yang kiranya bisa menjawab
pertanyaan dan memberinya informasi, namun seiring perkembangan zaman sekarang
sudah banyak surat kabar, media masa, bahkan internet menyuguhkan informasi
yang sangat mudah untuk diakses dan beragam dari berbagai sumber. [1]Dewasa
ini, sistem informasi yang digunakan lebih berfokus pada sistem informasi
berbasis komputer (computer-based
information system ). Harapan yang ingin diperoleh dalam sistem informasi
tersebut adalah bahwa dengan menggunakan teknologi informasi atau sistem informasi
berbasis komputer, informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas,
dan tepat waktu.
Sistem
informasi merupakan suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi
bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya
tergabung dalam organisasi formal, seperti Departemen atau lembaga sesuatu
instansi pemerintah yang dapat dijabarkan menjadi direktorat, bidang, bagian
sampai pada unit terkecil dibawahnya. Informasi menjelaskan mengenai organisasi
atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu,
apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin akan terjadi dimasa yang
akan datang tentang organisasi tersebut. Informasi mengandung suatu arti yaitu
data yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang lebih memiliki arti dan dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan. Data merupakan fakta-fakta yang mewakili
suatu keadaan, kondisi, atau peristiwa yang terjadi atau ada di dalam atau
dilingkungan fisik organisasi.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa
definisi dari Sistem Informasi dan Konversi Sistem?
b. Bagaimana
konsep Sistem Manajemen
Informasi sebagai sumberdaya?
c. Apa definisi dari Konsep
Sistem, Data dan Informasi?
1.3
Tujuan Penulisan
a. Mengetahui definisi dari Sistem Informasi dan Konversi
Sistem.
b. Mengetahui konsep Sistem Manajemen Informasi sebagai
sumberdaya.
c. Mengetahui definisi dari Konsep
Sistem, Data dan Informasi.
1.4
Metode Penulisan
Metode
penulisan makalah ini dilakukan dengan melalui upaya pengumpulan data yaitu :
-Studi
Pustaka : melalui cara ini penyusun dapat mengumpulkan data yang berkenaan
dengan objek penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sistem Informasi
Definisi sistem informasi Robert A. Leitch dan K. Roscoe
Davis dalam buku Jogiyanto HM., (1999: 11), “Sistem informasi adalah suatu
sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi
dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan
laporan yang diperlukan.[2]Sedangkan
menurut O’Brien sistem informasi adalah suatu kombinasi teratur apapun dari
people (orang), hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer
networks and data communications (jaringan komunikasi), dan database (basis
data) yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu
bentuk organisasi.[3]
Menurut
O’Brien (2005), tujuan dari banyak perusahaan saat ini adalah untuk
memaksimalkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan dengan menggunakan
teknologi informasi untuk mendukung para pegawai mereka dalam
mengeimplementasikan proses bisnis kooperatif dengan para pelanggan, pemasok,
dan pihak lainnya. Oleh karena itu, keberhasilan sistem informasi tidak
seharusnya hanya diukur melalui efisiensi dalam hal meminimalkan waktu, biaya,
dan penggunaan sumber daya informasi. Keberhasilan juga harus diukur dari
efektivitas teknologi informasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi,
memungkinkan proses bisnisnya, meningkatkan struktur organisasi dan budaya,
serta meningkatkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan.
Dilihat
dari perspektif managerial, fungsi dari sistem informasi adalah
1. Minimalisasi
Resiko
Kehadiran
teknologi informasi diharapkan mampu membantu perusahaan untuk mengurangi
resiko bisnis yang ada, dapat pula menjadi sarana untuk membantu manajemen
untuk mengelola resiko. Salah satu contoh resiko yang berkaitan dengan
keuangan.
2. Pengurangan
Biaya
Perbaikan, efisiensi
dan optimalisasi berbagai divisi yang ada diperusahaan merupakan salah satu
fungsi teknologi informasi sebagai katalisator dalam usaha perusahaan mengurangi biaya operasional
perusahaan pada akhirnya dapat
mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Terdapat 4 cara teknologi informasi untuk mengurangi biaya yang
kerap keluar pada kegiatan operasional perusahaan, antara lain Eliminasi
proses, Simplikasi proses, Integrasi Proses dan Otomatisasi proses.
3. Value
Adding
Tujuan akhir dari
proses peningkatan nilai tambah suatu bisnis bukan sekedar kepuasan pelanggan
semata, tetapi juga menciptakan loyalitas pelanggan. Sehingga konsumen bersedia
menjadi pelanggan perusahaan untuk jangka panjang.
4. Menciptakan
Arena bersaing Baru
Perkembangan teknologi
informasi ditandai pesatnya teknologi internet yang telah menciptakan arena
bersaing baru bagi suatu bisnis.yaitu persaingan di dunia maya melalui konsep
e-bussines, eprocurement, e-commerce, e-commerce dan lain-lain.
Sistem
Informasi dapat bersifat formal atau informal. Sistem Formal bertumpu pada
aturan yang tetap dan disepakati bersama mengenai data serta prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, menyebarkan dan menggunakan
data tersebut, contohnya Sistem Informasi Bisnis. Sistem Informal bertumpu pada
kesepakatan secara tersirat (implisit) serta kebiasaan yang tidak diatur secara
jelas. Tidak ada kesepakatan informasi apa yang terlibat, bagaimana menyimpan
dan menyebarkan informasi tersebut, contohnya jaringan gosip di kantor. Sistem
Informasi yang bersifat formal dapat dijalankan secara manual menggunakan
kertas dan pensil.atau dengan bantuan komputer menggunakan hardware dan
software.
2.2
Konversi Sistem
Konversi
sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan IT dalam rangka
menggantikan sistem yang lama atau proses pengubahan dari sistem lama ke sistem
baru. Derajad kesulitan dan kompleksitas dalam pengkonversian dari sistem lama
ke sistem baru tergantung pada sejumlah faktor. Jika sistem baru merupakan
paket perangkat lunak terbungkus (canned) yang akan berjalan pada
komputernya yang baru, maka konversi akan relatif lebih mudah. Jika Konversi
memanfaatkan perangkat lunak terkustomisasi baru, database baru, perangkat komputer
dan perangkat lunak kendali baru, jaringan baru dan perubahan drastis dalam
prosedumya, maka konversi menjadi agak sulit dan menantang.
Ada empat metode konversi sistem,
yaitu :
1. Konversi Langsung (Direct
Conversion)
Konversi ini
dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya dengan
sistem baru. Cara ini merupakan yang paling berisiko, tetapi murah. Konversi
langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem
lama, yang kadang-kadang disebut pendekatan cold turì<ey. Apabila
konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke sistem lama.
Pendekatan atau cara konversi ini
akan bermanfaat apabila :
1. Sistem tersebut tidak mengganti
sistem lain.
2. Sistem yang lama sepenuhnya tidak
bernilai.
3. Sistem yang barn bersifat kecil
atau sederhana atau keduanya
4. Rancangan
sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara sistem –
sistem tersebut tidak berarti.
Kelebihan :
Relatif tidak mahal.
Kelemahan :
-Mempunyai risiko kegagalan yang tinggi.
-Apabila
konversi langsung akan digunakan, aktivitas-aktivitas pengujian dan pelatihan
yang dibahas sebelumnya akan mengambil peran yang sangat penting.
2. Konversi Paralel (Parallel
Conversion)
Pada konversi ini,
sistem baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui masa
tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama,
maka sistem lama segera dihentikan. Cara seperti ini merupakan pendekatan yang
paling aman, tetapi merupakan cara yang paling mahal, karena pemakai harus
menjalankan dua sistem sekaligus. Konversi Paralel adalah suatu pendekatan
dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk beberapa
période waktu dan kebalikan dari konversi langsung. Dalam mode konversi
paralel, output dari masing-masing sistem tersebut dibandingkan, dan
perbedaannya direkonsiliasi.
Kelebihan : Memberikan derajad
proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru.
Kelemahan :
Besarnya biaya untuk penduplikasian fasilitas-fasilitas dan biaya personel yang
memelihara sistem rangkap tersebut.
3. Konversi Bertahap (Phase-In
Conversion)
Konversi ditakukan
dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan sistem baru. Jika
terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali dengan yang
lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk
mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya
semua sistem lama akan tergantikan oleh sistem baru. Cara seperti ini lebih
aman daripada konversi langsung. Dengan metode Konversi Phase-in, sistem baru
diimplementasikan beberapa kali, yang secara sedikit demi sedikit mengganti
yang lama. la menghindarkan dari risiko yang ditimbulkan oleh konversi langsung
dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk mengasimilasi perubahan.
Untuk menggunakan metode phase-in, sistem harus disegmentasi.
Kelebihan : Kecepatan perubahan dalam
organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber-sumber pemrosesan data dapat
diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas.
Kelemahan :
Keperluan biaya yang harus diadakan untuk mengembangkan interface temporer
dengan sistem lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat di
organisasi, sebab orang-orang tidak pernah merasa menyelesaikan sistem.
4. Konversi Pilot (Pilot
Conversion)
Pendekatan
ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu
yang diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka
akan diperluas ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan
biaya dan risiko yang rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari
organisasilah yang mencoba mengembangkan sistem baru. Kalau metode phase-in
mensegmentasi sistem, sedangkan metode pilot mensegmentasi organisasi.
Metode Untuk Mengkonversi File
Data Yang Ada
Keberhasilan konversi sistem sangat
tergantung pada seberapa jauh profesional sistem menyiapkan penciptaan dan
pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru. Dengan mengkorversi
suatu file, maksudnya adalah bahwa file yang telah ada {existing) harus
dimodifikasi setidaknya dalam :
1. Format file tersebut
2. Isi file tersebut
3. Media penyimpanan dimana file
ditempatkan
Dalam suatu konversi sistem,
kemungkinan beberapa file bisa mengalami ketiga aspek konversi tersebut secara
serentak. Terdapat dua metode dasar yang bisa digunakan untuk menjalankan
konversi file :
1. Konversi File Total
Konversi file total
dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file sistem di atas. Jika
file sistem baru dan file sistem lama berada pada media yang bisa dibaca
komputer, maka bisa dituliskan program sederhana untuk mengkonversi file dari
format lama ke format baru. Umumnya pengkonversian dari satu sistem komputer ke
sistem yang lain akan melibatkan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan secara
otomatis. Rancangan file baru hampir selalu mempunyai field-field record
tambahan, struktur pengkodean baru, dan cara baru perelasian item- item data
(misalnya, file-file relasional). Seringkali, selama konversi file, kita perlu
mengkonstruksi prosedur kendali yang rinci untuk memastikan integritas data
yang bisa digunakan setelah konversi itu. Dengan menggunakan klasifikasi file
berikut, perlu diperhatikan jenis prosedur kendali yang digunakan selama
konversi.
2. Konversi File Gradual
Konversi file
gradual (sedikit demi sedikit), umumnya digunakan dengan metode paralel dan
phase-in. Dalam beberapa contoh, ia akan bekerja untuk metode pilot.
Umumnya konversi file gradual tidak
bisa diterapkan untuk konversi sistem langsung. Pengalihan Sistem Informasi
dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal, terjadi karena
:
1. Belum siapnya sumber daya untuk
mengaplikasikan sistem yang baru.
2. Sistem baru sudah terpasang, namun
terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya, sehingga perubahan tidak dapat
terjadi. Sehingga keberadaan system baru justru mempersulit kinerja yang sudah
ada.
3. Perencanaan dan aplikasi sistem
Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.
4. Tidak ada komunikasi yang baik
diantara vendor sebagai penyedia IT dengan perusahaan sebagai pengguna,
sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
5. Perusahaan memandang perubahan
teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar perusahaan tidak ketinggalan
zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak membutuhkan teknologi tersebut.
6. Level kematangan perusahaan
terhadap TI masih rendah.
7. Fenomena ini terjadi karena dengan
adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru maka akan terjadi keadaan
dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan menjalani adaptasi
yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja), kultural
(perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi
karyawan/PHK, sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal
ini maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak
menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab,konsultan, vendor bahkan terkadang
peranan TI itu sendiri.
Langkah-langkah yang
dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari:
1. Lihat kembali dan koreksi visi
yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang belum maksimal dan latih
sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti yang sudah dibeli. Hal
ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan perusahaan
mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang ingin
dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
2. Harus menciptakan sinergisme
diantara subsistem-subsistem yang mendukung pengoperasian sistem sehingga akan
terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara subsistem-subsistem ini. Asumsi
hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini mengetahui
masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus segera di
selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat
perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
3. Para perancang Sistem Informasi
harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak pegawai maupun manajer dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek pengembangan dan sistem
operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis informasi, dapat
mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan mengambil empat
langkah berikut :
4. Menggunakan komputer sebagai suatu
cara mencapai peningkatan pekerjaan (job enhancement) dengan memberikan pada
komputer tugas yang berulang dan membosankan, serta memberikan pada pegawai
tugas yang menantang kemampuan mereka.
5. Menggunakan komunikasi awal untuk
membuat pegawai terus menyadari maksud perusahaan. Pengumuman oleh pihak
manajemen puncak pada awal tahap analisis dan penerapan dari siklus hidup
sistem merupakan contoh strategi ini.
6. Membangun hubungan kepercayaan
antara pegawai, spesialisasi informasi dan manajemen. Hubungan tersebut
tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak dari sistem komputer dan
dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan penyertaan pemakai pada tim
proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
7. Menyelaraskan kebutuhan pegawai
dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi kebutuhan pegawai, kemudian
memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka bahwa bekerja menuju tujuan
perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka.
2.3
Konsep Sistem Manajemen Informasi sebagai sumberdaya
Banyak
organisasi yang ingin membangun sistem Informasi Manajemennya sendiri, dan
telah menyediakan dana yang cukup, tetapi ternyata usaha tersebut sering kali
gagal. Penyebabnya antara lain ialah: struktur organisasi keseluruhan yang
kurang wajar, rencana organisasi keseluruhan yang belum memadai, personil
sistem yang tidak memadai, dan yang terpenting adalah kurangnya partisipasi
manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem,
mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang
terlibat. Sebelum membahas konsep sistem Informasi Manajemen lebih lanjut,
berikut ini akan diberikan definisi ringkas dan formal dari sistem Informasi
Manajemen yaitu: “serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan
terkoordinasi yang secara rasional mampu menstransformasikan data sehingga
menjadi informasi dengan berbagai cara guna meningkatkan produktivitas yang
sesuai dengan gaya dan sifat manajer”.
2.3.1
Konsep Dasar Manajemen Informasi
Teknologi informasi,
termasuk sistem informasi berbasis internet, memainkan peranan penting dalam
bisnis. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis, meningkatkan
efisiensi dan efektifitas proses bisnis mereka, pengambilan keputusan
manajerial, dan kerjasama kelompok kerja, hingga dapat memperkuat posisi
kopentitif mereka dalam pasar yang cepat sekali berubah. Hal ini berlaku ketika
teknologi informasi digunakan untuk mendukung tim pengembangan produk, proses
dukungan untuk pelanggan, transaksi e-commerce, atau dalam aktivitas bisnis
lainnya. Gambar berikut memperlihatkan kerangka kerja konseptual yang berguna
untuk mengatur pengetahuan yang disajikan dan memberi garis besar tentang hal
yang perlu diketahui mengenai system informasi.
Kerangka kerja tersebut
dipusatkan kedalam 5 area pengetahuan SI berikut ini.
1. Konsep konsep dasar
Konsep
dasar keprilakuan, teknis, bisnis, dan manajerial termasuk mengenai berbagai komponen
dan peran sistem informasi. Contohnya meliputi konsep sistem informasi dasar
yang berasal dari teori sistem umum, atau konsep keunggulan kompetitif yang
digunakan untuk mengembangkan aplikasi bisnis teknologi informasi dalam
keunggulan kompetitif.
2. Teknologi informasi
Konsep
– konsep utama, pengembangan, dan berbagai isu manajemen teknologi informasi
yaitu meliputi hardware, software, jaringan, manajemen data, dan banyak
teknologi berbasis internet.
3. Aplikasi bisnis
Penggunaan
utama dari sistem informasi untuk operasi, manajemen dan keunggulan kompetitif
bisnis.
4. Proses pengembangan
Bagaimana para praktisi
bisnis dan pakar informasi merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan
sistem informasi untuk memenuhi peluang bisnis.
5. Tantangan manajemen
Tantangan
untuk secara efektif dan etis mengelola teknologi informasi pada tingkat
pemakai akhir, perusahaan, dan global dalam bisnis.
2.3.2
Sumber Daya Sistem Informasi
Sistem
informasi terdiri dari 5 sumber daya dasar, yaitu: Manusia, Hardware, Software,
Data dan Jaringan. [4]Dibawah
ini merupakan contoh Sumber daya sistem informasi dan produknya, meliputi:
1. Sumber daya manusia
Pemakai
akhir merupakan orang orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi
yang dihasilkan sistem tersebut. Mereka berupa pelanggan, tenaga penjualan,
teknisi, staff administrasi, akuntan dan para manajer. Para pakar merupakan
orang orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi. Mereka
meliputi sistem analis, pembuat software, operator sistem.
2. Sumber daya hardware
Dapat
digolongkan menjadi: Mesin dan Media.
3. Sumber daya software
· Software sistem, seperti program
sistem operasi, yang mengendalikan serta mendukung operasi sistem computer.
· Software aplikasi, yang memprogram pemrosesan
langsung bagi penggunaan tertentu komputer oleh pemakai akhir. Contohnya,
program analisis penjualan, program pengolahan kata dan program penggajian.
· Prosedur, yang mengoperasikan perintah
bagi orang orang yang akan menggunakan sistem informasi. Contohnya, prosedur
entri data, prosedur untuk memperbaiki kesalahan, prosedur pendistribusian cek
gaji.
4. Sumber daya data
Termasuk deskripsi
produk, catatan pelanggan, file kepegawaian, database persediaan.
5. Sumber daya jaringan
Media komunikasi,
pemroses komunikasi, software untuk akses dan pengendalian jaringan.
2.4
Konsep Sistem, Data dan Informasi
2.4.1Realitas
Sistem Informasi (SI)
Sejak
permulaan peradaban, Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi
antara satu dengan yang lain dan dengan menggunakan berbagai jenis
instrumen/alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi
(software), saluran komunikasi (jaringan) dan data yang di simpan (sumber daya
data).
Pengertian
Tentang Sistem Informasi (SI)
Sistem
Informasi merupakan suatu kombinasi teratur dari orang-orang, hardware,
softwarejaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah,
dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
·Sistem Informasi
adalah satu Kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang
menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan.
· Sistem informasi
adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara
satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu
informasi dalam suatu bidang tertentu.
Tetapi
Pengertian Sistem Informasi Secara umum merupakan kegiatan atau aktifitas yang
melibatkan serangkaian proses dan berisi informasi-informasi yang digunakan
untuk mencapai tujuan.
2.4.2
Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi (SI)
Sumber Daya Sistem
Informasi dan Produknya
1. Sumber Daya Manusia
(SDM)
·Para Pakar : Sistem
Analis, Pembuat Software dan Sistem Operator.
·Pemakai Akhir (End
User) : Orang Lain Yang Menggunakan Sistem Informasi.
2. Sumber Daya Hardware
· Mesin : Komputer, Monitor Video, disk drive
magnetis, printer, dll.
· Media : Floppy disk
magnetic tape, formulir kertas dan kartu plastik.
3. Sumber Daya Software
· Program : Program sistem operasi, program spreadsheets,
program word prcessing dan program
penggajian.
·Prosedur : Prosedur
entri data, prosedur perbaikan kesalahan dan prosedur dan pendistribusian cek
gaji.
4. Sumber Daya Data : Deskripsi produk, Catatan
Pelanggan, file kepegawaian dan database
persediaan.
5. Sumber Daya Jaringan
: Media Komunikasi, pemrosesan komunikasi, software untuk akses pengendalian
jaringan.
2.4.3
Arsitektur Informasi Yang Mendukung Tujuan
Ada beberapa definisi
tentang arsitektur informasi :
· Arsitektur informasi
adalah bentuk khusus yang menggunakan teknologi informasi dalam organisasi
untuk mencapai tujuan-tujuan atau fungsi-fungsi yang telah dipilih. (Laudon
1998).
· Arsitektur Informasi adalah desain sistem
komputer secara keseluruhan (termasuk sistem jaringan) untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan organisasi yang spesifik. (Zwass.1998).
Ada 3 Macam Arsitektur
Informasi Yang Mendukung Tujuan Diantaranya adalah :
Arsitektur
Tersentralisasi
Arsitektur ini sudah
dikenal semenjak tahun 1960-an dengan mainframe sebagai faktor utama. Mainframe
adalah komputer yang berukuran relatif besar yang ditujukan untuk menangani
data yang berukuran besar,dengan ribuan terminal untuk mengakses data dengan
tanggapan yang sangat cepat dan melibatkan jutaan transaksi.
Arsitektur Desentralisasi
Arsitektur
desentralisasi merupakan konsep dari pemrosesan data tersebar (terdistribusi).
Sistem pemrosesan data terdistribusi (atau biasa disebut sebagai komputasi
tersebar) sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar pada
berbagai lokasi yang dihubungkan dengan sarana telekomunikasi dengan
masing-masing komputer mampu melakukan pemrosesan yang serupa secara mandiri,
tetapi bisa saling berinteraksi dalam pertukaran data.
Arsitektur
Client/Server
Pada
arsitektur ini ada sebagian yang disebut client dan ada yang disebut server.
Server adalah sistem atau proses yang menyediakan data atau layanan yang
diminta oleh client. Secara fisik sebuah server dapat berupa komputer
(mainframe, mini – komputer, workstation ataupun PC) atau piranti lain
(misalnya printer).Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri.
Ketika sebuah client meminta suatu data ke server, server akan segera
menanggapinya dengan memberikan data yang diminta ke client bersangkutan.
Setelah diterima client segera melakukannya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Kesimpulan
yang dapat kita ambil dari isi makalah diatas merupakan sistem informasi yang
dapat lebih berfokus pada sistem informasi berbasis komputer (computer-based information system
). Harapan yang ingin diperoleh dalam sistem informasi tersebut adalah bahwa
dengan menggunakan teknologi informasi atau sistem informasi berbasis komputer,
informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas, dan tepat waktu.
Dan terlebih sistem pakar juga
mampu merekomendasikan suatu rangkaian
tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem ini memanfaatkan
kapabilitas penalaran untuk mencapai suatu simpulan.
3.2
Saran
Harapan
pemakalah semoga makalah penulis dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
pengguna makalah penulis. Kurang lebihnya dalam pembahasan makalah penulis
mohon maaf. Akhir kata pemakalah ucapkan terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar